IMAN KEPADA ALLAH SWT
A. Pengertian Iman Kepada Allah
Pengertian Iman secara
bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara Istilah, iman kepada
adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia nyata
Iman
seseorang bisa dikatakan bagus dengan salah satunya beriman kepada
Allah dari 3 aspek tadi. Unsur iman merupakan satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah sebagai Khaliq
merupakan rukun iman yang pertama.Pembuktian adanya Allah SWT dapat
dilakukan dengan 2 cara :
- Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
- Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
B. Fungsi Beriman Kepada Allah
1. Menambah Keyakinan
Kita
tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan membuat
kita masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan
bersyukur kepada Allah.
2. Menambah Ketaatan
Dengan
beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani
perintah Allah dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan selalu
ingat kepada Allah.
3. Menentramkan Hati
Dalam
surah Ar-Ra’ad ayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu
mengingat Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya.
4. Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat
Dalam
Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menolong
rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan
pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”
5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Manusia
yang beriman kepada Allah hati mereka menjadi tentram, hidup pastinya
akan lebih bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah diselesaikan
karena Allah akan membantunya.
Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]: 3)
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an [55]: 26–27)
“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya” ( Q.S. Ali Imran ayat 2 )
[2]: 20).
C. Sifat-sifat Allah SWT
Sifat sifat Allah SWT ada 3 jenis, yaitu :- Sifat Wajib, yaitu sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT
- Sifat Mustahil, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT
- Sifat Jaiz, yaiu sifat yang serba mungkin bagi Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
1. Allah SWT bersifat wujud
Wuj–ud berarti ada. Lawannya adalah ‘adam ,
yang berarti tidak ada. Untuk membuktikan adanya Allah, antara lain
bisa kita lakukan dengan memerhatikan alam yang ada di sekitar kita.
Semua benda, manusia, binatang, langit, bumi, dan segala isinya tentu
ada yang menciptakan. Mustahil benda-benda itu muncul dengan sendirinya.
Firman Allah:
Artinya: Dan Dialah yang telah
menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi
sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan
mengembangbiakkan kamu di muka bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang
(mengatur) pergantian malam dan siang.Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. al-Mu’min- un [23]: 78–80)
Allah itu ada dengan Zat-Nya sendiri,
mustahil bagi Allah jika Allah tidak ada. Meskipun tidak kelihatan,
Allah ada untuk selama-lamanya. Allah merupakan zat gaib yang tidak
dapat kita lihat dengan alat indra. Sesuatu yang tidak kelihatan bukan
berarti tidak ada. Contoh, nyawa. Setiap orang termasuk kamu pasti yakin
bahwa nyawa itu ada, walaupun belum pernah melihat bentuknya dan
merabanya.Begitu juga dengan udara. Semua itu ada dan pengaruhnya juga
dapat dirasakan
2. Allah SWT bersifat Qidam ( Terdahulu )
Qid–am artinya dahulu. Lawannya adalah hudus artinya
baru. Allah tidak berpermulaan. Sesuatu yang memiliki permulaan, yaitu
dari tidak ada menjadi ada, berarti baru. Sesuatu yang baru berarti
makhluk. Sedangkan Allah bukan makhluk, melainkan Kh-aliq (Pencipta).
Firman Allah:Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]: 3)
Dahulunya Allah tidak seperti dahulunya
makhluk. Dahulunya makhluk itu ada permulaannya, yaitu didahului oleh
keadaan tidak ada, lalu menjadi ada. Sedangkan Allah, tidak didahului
oleh tidak ada lalu menjadi ada, tetapi sejak dahulu sudah ada dan tanpa
permulaan. Oleh karena itu, manusia tidak akan mampu memikirkan
kira-kira kapan Allah itu mulai ada. Sebab, Allah itu ada sebelum waktu
itu sendiri ada.
3. Allah SWT bersifat Baqa ( Kekal )
Baqa – ‘ artinya kekal, abadi, dan langgeng selamanya. Lawannya adalah fana. artinya
rusak, binasa, dan ada batas akhirnya. Semua ciptaan Allah mempunyai
kelemahan, perubahan, perkembangan, dan akhirnya musnah tidak ada lagi.
Sifat-sifat makhluk tersebut tidak kekal. Sedangkan Allah yang
menciptakan makhluk akan tetap ada selama-lamanya, sekalipun semua
makhluk telah hancur binasa. Inilah makna dari sifat wajib bagi Allah,
yaitu baqa-’. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an [55]: 26–27)
4. Allah SWT bersifat Mukhalafatul lil hawadisi ( berbeda dengan makhluk Nya )
Allah memiliki sifat wajib mukha–lafatu lil-hawadisi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah
berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat, perbuatan,
ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan
ciptaan-Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama
dengan pesawat yang dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan
sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.
5. Allah SWT bersifat Qiyamuhu binasihi / berdiri sendiri,
Allah memiliki sifat wajib mukha–lafatu lil-hawa disi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah
berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat,perbuatan,
ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan
ciptaan-Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama
dengan pesawat yang dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan
sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.
“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya” ( Q.S. Ali Imran ayat 2 )
6. Allah SWT bersifat Wahdaniyah ( Esa )
Allah bersifat wa.hd–aniyyah, artinya bahwa Allah Maha Esa, tidak ada sekutu-Nya. Sifat mustahilnya adalah ta‘addud ( ), yang berarti berbilang atau lebih dari satu. Keesaan Allah itu mutlak, artinya Allah Esa dalam sifat dan perbuatan.Esa
zat-Nya artinya tidak karena hasil penjumlahan, perkalian, atau segala
perhitungan dari macam-macam unsur. Esa sifat-Nya berarti bahwa
sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah tidak dapat dipersamakan dengan
sifat-sifat yang ada pada Esa perbuatan-Nya, berarti bahwa Allah adalah
satu-satunya yang mengatur, menguasai, memelihara alam beserta isinya,
dan dalam perbuatannya tersebut tidak dicampuri oleh siapa pun juga.
Tentang keesaan Allah ini antara lain tertera dalam Al-Qur’an:
“ Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha
Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.”
( Q.S. Al Ikhlas
ayat 1 – 4
7. Allah SWT bersifat Qudrat ( Kuasa )
Allah bersifat qudrat, artinya
Mahakuasa atau yang memiliki kekuasaan.Kekuasaan Allah itu mahasempurna,
tidak terbatas, dan mutlak. Bahkan,kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki
makhluk, sesungguhnya adalah anugerah Allah. Jika Allah menghendaki
kekuasaan yang ada pada makhluk tersebut dicabut, maka saat itu juga
akan hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat mencegah atau
menghalangi kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: ”. . . . Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah[2]: 20).
Lawan dari sifat qudrat atau sifat mustahilnya adalah ‘ajzun (
), yang artinya lemah. Allah Mahakuasa dan tidak mungkin lemah. Jika
Allah lemah,tentu tidak akan mampu menciptakan langit dan bumi beserta
isinya yang begitulengkap dan sulit. Jika Allah tidakMaha kuasa,
bagaimana mungkin dapatmenciptakan manusia hanya dari setetes air?
Bagaimana mungkin menciptakanberbagai jenis buah-buahan yang
segar-segar, dan sebagainya?
8. Allah SWT bersifat Iradat ( Berkehendak )
Allah bersifat ir-adat artinya mempunyai kehendak dan dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Sifat mustahilnya adalah karahah,
yang berarti terpaksa. Mustahil bagi Allah merasa terpaksa dalam
melaksanakan semua kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak, Dia pasti
berbuat atas kehendak sendiri tanpa ada kekuatan lain yang mampu
memaksa-Nya. Manusia juga mempunyai kehendak. Tetapi, untuk mencapai
kehendak tersebut manusia sering dipengaruhi, dibantu, bahkan ditentukan
oleh pihak pihak lain. Yang pasti, kehendak dan keinginan manusia
berada di bawah kendali kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan apa
yang terjadi atas diri manusia. Jika Allah menghendaki sesuatu atas
makhluk-Nya, maka pasti akan terjadi.
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah
Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah
ia. ( Q.S. Yasin ayat 82 )9. Allah SWT bersifat Ilmu ( Mengetahui )
Allah bersifat ‘ilmu, artinya
Allah wajib bersifat pandai atau mengetahui.Pengetahuan dan kepandaian
Allah tidak terbatas. Allah mengetahui segalanya, kecil besar, jauh
dekat, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sifat mustahilnya adalah jahlun (
), artinya mustahil Allah bersifat bodoh. Jika Allah bersifat bodoh,
tentu tidak akan mampu menciptakan keteraturan alam. Allah yang
menciptakan sesuatu, Dia pulalah yang mengatur dan mengetahuinya.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
( Q.S. Al Hujurat ayat 18 )
10. Allah SWT bersifat Hayat ( Hidup )
Allah bersifat .hay-at, artinya
hidup. Hidup Allah tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Dia tidak
pernah mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Itulah bedanya
dengan hidupnya manusia. Allah hidup dengan sendirinya, tanpa ada yang
menghidupkan. Sedangkan manusia dihidupkan oleh Allahdengan
memberikannya nyawa. Sifat mustahil atau lawan dari sifat .hayat adalah maut ,
yang berarti mati. Apabila Allah mati, maka langit, bumi,
bintang-bintang, serta yang lain pasti akan mengalami kekacauan, saling
bertabrakan dan sebagainya, sebab pengaturnya telah tiada. Allah tidak
pernah mati, Dia hidup selama-selamanya.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Q.S. Al Baqarah ayat
255 )
11. Allah SWT bersifat Sama ( Mendengar )
Allah wajib bersifat sama‘ artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun, artinya tuli. Pendengaran Allah itu sempurna dan tidak terbatas.Allah
dapat mendengar semua jenis suara, baik yang gaib maupun terang, baik
yang dekat maupun jauh. Bahkan Allah dapat mendengar bisikan hati
manusia.
dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maidah : 76)
Pendengaran Allah tidak sama dengan
pendengaran manusia. Manusia mendengar dengan menggunakan alat, yaitu
telinga yang diberikan Allah. Tidak semua suara dapat didengar oleh
manusia. Sedangkan Allah mendengar dengan pendengaran-Nya yang sempurna.
Jika seluruh manusia yang ada di bumi secara bersamaan memohon kepada
Allah, maka semua permohonan tersebut pasti didengar-Nya, walaupun
permohonan itu hanya dengan bisikan batin.
12. Allah SWT bersifat Basar
Allah bersifat ba.sar, artinya Maha Melihat. Sifat mustahilnya yaitu ‘umyun ,
yang berarti buta. Allah telah menciptakan makhluk-Nya dapat melihat.
Maka pastilah Dia sendiri mempunyai sifat Maha Melihat. Segala sesuatu
yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari penglihatan Allah. Oleh
karena itu, manusia harus berhati-hati dalam berbuat. Allah berfirman:
..” Sesungguhnya dia Maha melihat segala sesuatu “ ( Q.S. Al Mulk ayat 19 )
13. Allah SWT bersifat Kalam
Allah bersifat kal-am, artinya Allah mampu berfirman atau berbicara. Sifat mustahilnya adalah bukmun,
artinya bisu. Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka dapat
mengolah dan memakmurkannya. Untuk kepentingan ini, Allah telah
menurunkan petunjuk dan pedoman bagi manusia berupa wahyu seperti
Al-Qur’an serta kitab-kitab lainnya.Inilah bukti bahwa Allah memiliki
sifat kal-am (berbicara).
Berbicaranya Allah tentu tidak sama
dengan cara berbicaranya manusia. Bagaimana Allah berbicara? Hal itu
berada di luar jangkauan kemampuan akal manusia. Yang jelas, sebagai
orang mukmin kita wajib meyakini kebenaran sifat Allah tersebut
.. Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung ( Q.S. An Nisa : 164 )
D. Contoh Perilaku Iman Kepada Allah
Ada banyak sekali contoh perilaku iman kepada Allah yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
- Mendirikan Sholat
- Menafkahkan sebagian rezeki
- Beriman Kepada Kita Allah
- Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
- Selalu berbuat kebajikan
- Mampu menahan amarah
- Mampu memaafkan kesalahan orang lain
- Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
- Berhenti dari perbatan keji dan tidak mengulanginya lagi
- Mempercayai dengan benar rukum iman