Cara Hidup dan Reproduksi Virus (Secara Litik dan Lisogenik)

Reproduksi virus dibagi menjadi dua, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik. Siklus lisis adalah siklus reproduksi atau replikasi genom virus yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel inang. Berikut akan kita uraikan Cara Hidup dan reproduksi virus.

A. Cara Reproduksi Virus


Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup organisme tertentu yang cocok sehingga disebut parasit intraseluler obligat. Bila sel hidup yang ditumpanginya mati, maka virus pun akan mati. Sel hidup yang ditumpanginya disebut sel inang. Sel inang dapat berupa organisme monoseluler maupun multiseluler; mulai dari bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan, hingga manusia.

Cara Hidup dan Reproduksi Virus

Virus yang terisolasi dari sel inang tidak akan mampu hidup lama dan bereproduksi. Hal ini disebabkan karena virus tidak memiliki enzim untuk melakukan metabolisme sendiri dan tidak memiliki ribosom untuk menyintesis protein. Virus yang terisolasi hanya merupakan  paket-paket yang berisi genom yang  berpindah dari satu sel inang ke sel inang lainnya yang cocok. Virus mengidentifikasi sel inang dengan menggunakan kesesuaian (lock and key). Jenis sel inang yang dapat ditumpangi virus disebut kisaran inang. Virus memiliki kisaran inang  yang cukup luasw, misalnya virus flu burung yang dapat menginfeksi golongan Aves, babi, dan manusia. Virus rabies dapat menginfeksi sejumlah spesies Mammalia. Namun demikian, beberapa virus memiliki kisaran inang yang sempit, misalnya bakteriofag yang hanya mampu menginfeksi bakteri Escherichia coli.

Virus yang menyerang sel eukariota (sel yang memiliki membran inti) biasanya hanya menyerang jaringan tertentu. Contohnya, virus HIV hanya menyerang sel darah putih  tertentu yang disebut limfosit T CD4. Virus influenza hanya menyerang sel-sel pada permukaan saluran pernapasan, sedangkan jaringan lain tidak diserang.

Penularan virus dari suatu sel inang ke sel inang lainnya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan virus secara langsung dapat terjadi melalui udara, air, darah, lendir. dan media lain. Contohnya, penularan virus yang menyebabkan penyakit polio, pilek, cacar, herpes, dan campak. Sementara penularan virus secara tidak langsung terjadi melalui perantaraan vektor (hospes perantara). Contohnya, Flavivirus (virus dengue) manusia yang membutuhkan  vektor nyamuk Aedes aegypti; Togavirus penyebab penyakit  ensafilitis (peradangan otak) juga ditularkan oleh nyamuk. Beberapa virus yang menyebabkan penyakit pada tanaman biasanya menular melalui vektor serangga.

B. Reproduksi Virus


Virus berkembang biak dengan cara replikasi (perbanyakan diri) di dalam sel inang. Energi dan bahan untuk sintesis protein virus berasal dari sel inang. Asam nukleat virus membawa informasi genetik untuk menyandikan semua makromolekul pembentuk virus di dalam sel inang sehingga virus baru yang terbentuk memiliki sifat yang sama dengan virus induk. Ciri yang menunjukan virus dapat bereproduksi adalah begitu berinteraksi dengan sel inang maka virion akan pecah dan terbnetuk partikel-partikel turunan virus. Keberhasilan virus dalam bereproduksi tergantung pada jenis virus dan kondisi ketahanan sel inang.

Reproduksi virus terdiri atas lima tahap, yaitu tahap  adsorpsi, tahap penetrasi, tahap sintesis (eklifase), tahap pematangan, dan tahap lisis.

1.  Tahap Adsorpsi


Virion (partikel lengkap virus) menempel pada bagian reseptor spesifik sel inang dengan menggunakan serabut ekornya.  Reseptor  merupakan molekul khusus pada membran sel inang yang dapat berinteraksi dengan virus. Molekul-molekul reseptor untuk setiap jenis virus berbeda-beda, dapat berupa protein untuk Picornavirus, atau oligosakarida untuk Orthomyxovirus dan Paramyxovirus. Ada atau tidaknya reseptor menentukan patogenesitas virus (mekanisme infeksi dan perkembangan penyakit), misalnya virus polio hanya dapat melekat pada sel susunan saraf pusat dan saluran usus primata. Virus HIV berikatan dengan reseptor T CD4 pada sel sistem imun. Virus rabies diduga berinteraksi dengan reseptor asetilkolin.

2.  Tahap Penetrasi


Pada tahap penetrasi, selubung ekor berkontraksi untuk membuat lubang yang menembus dinding dan membran sel. Selanjutnya, virus menginjeksikan materi genetiknya ke dalam sel inang sehingga kapsid virus menjadi kosong (mati).

3. tahap Sintesis (Eklifase)


Pada tahap sintesis, DNA sel inang dihidrolisis dan dikendalikan oleh materi genetik virus untuk membuat asam nukleat (salinan genom) dan protein komponen virus.

4. Tahap Pematangan


Hasil sintesis berupa asam nukleat dan protein dirakit menjadi partikel-partikel virus yang lengkap sehingga terbentuk virion-virion baru.

5. Tahap Lisis


Fag menghasilkan lisozim, yaitu enzim perusak dinding sel inang. Rusaknya dinding sel inang mengakibatkan terjadinya osmosis ke dalam sel inang, sehingga sel inang membesar dan akhirnya pecah. Partikel virus baru yang keluar dari sel akan menyerang sel inang lainnya.

[caption id="attachment_551" align="aligncenter" width="1024"]tahap lisis virus                                                                                                Tahap lisis virus[/caption]

a. Siklus Litik

Siklus litik terjadi bila pertahanan sel inang lebih lemah dibandingkan daya infeksi virus sehingga tahap adsorpsi, penetrasi, sintesis, pematangan, dan lisis dapat berlangsung secara cepat. Virus yang mampu bereproduksi dengan siklus litik disebut virus virulen. Pada siklus litik sel inang akan pecah dan mati serta terbentuk virion-virion baru.

b. Siklus Lisogenik

Siklus lisogenik tejadi bila sel inang memiliki pertahanan yang lebih baik dibandingkan daya infeksi virus sehingga sel inang tidak segera pecah, bahkan dapat bereproduksi secara normal (membelah diri). Pada siklus lisogenik, terjadi replikasi genom virus, tetapi tidak menghancurkan sel inang. DNA fag berinteraksi ke dalam kromosom sel ianang membentuk profag. Bila sel inang yang mengandung profag membelah diri untuk bereproduksi, maka profag dapat diwariskan kepada kedua sel anaknya.

Profag di dalam sel anak inang dapat menjadi aktif dan keluar dari kromosom sel inang untuk memasuki tahap-tahap dalam siklus litik. Virus yang dapat bereproduksi dengan siklus lisogenik dan litik disebut virus temperat, misalnya fag. fag mirip dengan fag T4, tetapi ekornya hanya memiliki satu serabut ekor yang lebih pendek.

Pada siklus lisogenik terjadi peristiwa berikut.

  • Tidak terbentuk virion baru.

  • Sel inang mengandung profag (gabungan DNA virus dengan kromosom sel inang).

  • Sel inang tidak rusak atau tidak mati, bahkan dapat membelah diri.


 

proses siklus lisogenik                                                                                              siklus lisogenik

Keterangan :

1 Tahap pelekatan : fag melekat pada suatu bakteri.

2. Tahap penetrasi : DNA fag dimasukkan ke dalam sel inang.

Siklus litik:

3. Tahap replikasi dan sintesis : sel membuat komponen virus

4. Tahap pematangan yang diikuti tahap pelepasan : terbentuk partikel virus yang utuh dan sel inang pecah

Siklus lisogenik

3.  DNA fag disisipkan pada kromosom sel bakteri

4.  kromosom yang telah tersisipi profag mengadakan replikasi yang terjadi terus-menerus selama ada pembelahan sel

5.   Pada kasus yang jarang terjadi, profag dapat memisahkan diri dari kromosom sel bakteri untuk memasuki siklus litik

 

Share this

Related Posts

1 komentar:

komentar
28 Oktober 2017 19.18 delete

[…] Baca juga : “Cara Hidup dan Reproduksi Virus (Secara Litik dan Lisogenik)” […]

Reply
avatar