Usaha Manusia dalam Menanggulangi Bahaya Bakteri - Bakteri dapat hidup dimana saja dan berkembang biak dengan cepat. Beberapa bakteri tersebut bersifat merugikan bagi manusia. Dengan memahami sifat-sifat bakteri, manusia dapat melindungi diri dari bahaya melalui upaya sebagai berikut.
Sterilisasi adalah cara membebaskan suatu medium, alat, atau ruangan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya. Sterilisasi biasanya dilakukan untuk mensterilkan peralatan, pakaian, dan ruangan operasi agar pasien tidak terkena infeksi. Sterilisasi ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan disinfektan, misalnya karbol sedangkan sterilisasi alat melalui pemanasan dengan autoklaf.
[caption id="attachment_697" align="aligncenter" width="253"] bumbu dapur dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu[/caption]
Di sekitar kita terdapat bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha agar bakteri patogen tersebut tidak masuk ke dalam tubuh. Usaha yang dapat dilakukan manusia agar terhindar dari bahaya serangan bakteri, antara lain sebagai berikut.
Makanan dapat diawetkan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan bentuk, struktur, dan jenis bahan pangan, antara lain dengan pemanasan, pengeringan, pendinginan, penambahan bahan kimia (zat pengawet), sistem kemasan, sistem fermentasi, dan iridasi.
Pemanasan makanan secara sederhana biasa dilakukan dengan tujuan membunuh kuman penyakit, mencegah pembusukan yang disebabkan oleh mikroba, dan menambah selera makan. Sistem pemanasan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu ± 70° C secara berulang-ulang sehingga tidak merusak bahan makanan tetapi dapat mematikan mikroba patogen, contohnya pasteurisasi susu. Sterilisasi adalah pemanasan sampai mendidih atau hingga suhu mencapai lebih dari 100° C, dengan tujuan mematikan semua mikroba beserta sporanya. Sterilisasi lebih sering digunakan pada alat-alat laboratorium dengan menggunakan autoklaf. Pemanasan dengan autoklaf dilakukan pada suhu 121° C, selama 15-20 menit. Peralatan yang terbuat dari gelas juga dapat disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 160° C- 170° C selama 2-3 jam.
Prinsip dasar dari pengeringan adalah dehidrasi (pengeluaran air) dari bahan makanan. Pengeringan secara tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah panas matahari, misalnya dalam pembuatan ikan asin, kerupuk, dan garam. Selain itu, pengeringan juga dapat dilakukan dengan bantuan api, misalnya pengasapan sistem oven, dan pemanggangan.
Pendinginan adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah atau mencapai titik beku menggunakan lemari es atau cold storage. Pendinginan menyebabkan mikroba menjadi tidak aktif sehinggga bahan makanan dapat disimpan lebih lama.
Penambahan bahan kimia (zat pengawet) bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Zat pengawet terdiri atas senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam maupun garam. Bahan pengawet organik antara lain gula, asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, dan asam asetat (asam cuka). Bahan pengawet anorganik antara lain garam dapur (NaCl), sulfit, natrium nitrit, dan natrium nitrat. Penggunaan formalin untuk pengawet makanan sangat dilarang. Saat ini, digunakan chitosan sebagai penggantinya. Chitosan dibuat dari limbah pengolahan kulit udang dan rajungan.
Beberapa jenis bumbu dapur, misalnya bawang putih, cengkih, kunyit, jahe, dan lada hitam, selain dapat meingkatkan cita rasa makanan, sebagai obat, dan antioksidan, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fermentasi bahan makanan dilakukan dengan menambahkan bakteri atau jamur fermentasi, misalnya Saccharomyces sp. pada pembuatan tapai dan minuman beralkohol. Makanan atau minuman hasil fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat akan lebih awet selama wadah tertutup rapat.
Kemasan makanan dapat berupa botol, kaleng, plastik, dan kertas berlapis alumunium. Tujuannya adalah agar makanan terbebas dari kontaminasi mikroba dan udara luar. Bila membeli makanan dalam kemasan, kita perlu memerhatikan keutuhan wadah dan masa berlaku (masa kedaluwarsa) dari makanan tersebut.
Penyinaran dengan foton (partikel cahaya) yang berasal dari zat radioaktif, misalnya sinar gamma, dapat mematikan mikroba pembusuk dan patogen. Iradiasi dapat dilakukan terhadap bahan makanan mentah maupun makanan/minuman instan dalam kemasan. Akan tetapi, iradiasi juga dapat menimbulkan resiko seperti mutasi pada mikroba, menyebabkan terjadinya ionisasi dan timbulnya radikal bebas pada bahan makanan.
A. Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara membebaskan suatu medium, alat, atau ruangan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya. Sterilisasi biasanya dilakukan untuk mensterilkan peralatan, pakaian, dan ruangan operasi agar pasien tidak terkena infeksi. Sterilisasi ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan disinfektan, misalnya karbol sedangkan sterilisasi alat melalui pemanasan dengan autoklaf.
[caption id="attachment_697" align="aligncenter" width="253"] bumbu dapur dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu[/caption]
B. Melindungi Tubuh dari Bahaya Bakteri
Di sekitar kita terdapat bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha agar bakteri patogen tersebut tidak masuk ke dalam tubuh. Usaha yang dapat dilakukan manusia agar terhindar dari bahaya serangan bakteri, antara lain sebagai berikut.
- Menjaga agar tubuh memiliki sistem kekebalan yang kuat, yaitu dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah yang mencukupi.
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan imunisasi atau vaksinasi terutama terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu, misalnya vaksin DPT (diphteria pertusis tetanus) untuk penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus; vaksin BCG (bacillus calmet guirinei) untuk penyakit TBC; dan vaksin TCD (typhus cholera dysentrii) untuk penyakit tipus, kolera, dan disentri.
- Selalu menjaga kebersihan badan, menggosok gigi secara teratur, berolahraga, serta beristirahat cukup dan berkualitas. Gunakan sabun untuk membersihkan tangan.
C. Pengolahan dan Teknologi Pengawetan Makanan
Makanan dapat diawetkan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan bentuk, struktur, dan jenis bahan pangan, antara lain dengan pemanasan, pengeringan, pendinginan, penambahan bahan kimia (zat pengawet), sistem kemasan, sistem fermentasi, dan iridasi.
1. Pemanasan
Pemanasan makanan secara sederhana biasa dilakukan dengan tujuan membunuh kuman penyakit, mencegah pembusukan yang disebabkan oleh mikroba, dan menambah selera makan. Sistem pemanasan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu ± 70° C secara berulang-ulang sehingga tidak merusak bahan makanan tetapi dapat mematikan mikroba patogen, contohnya pasteurisasi susu. Sterilisasi adalah pemanasan sampai mendidih atau hingga suhu mencapai lebih dari 100° C, dengan tujuan mematikan semua mikroba beserta sporanya. Sterilisasi lebih sering digunakan pada alat-alat laboratorium dengan menggunakan autoklaf. Pemanasan dengan autoklaf dilakukan pada suhu 121° C, selama 15-20 menit. Peralatan yang terbuat dari gelas juga dapat disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 160° C- 170° C selama 2-3 jam.
2. Pengeringan
Prinsip dasar dari pengeringan adalah dehidrasi (pengeluaran air) dari bahan makanan. Pengeringan secara tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah panas matahari, misalnya dalam pembuatan ikan asin, kerupuk, dan garam. Selain itu, pengeringan juga dapat dilakukan dengan bantuan api, misalnya pengasapan sistem oven, dan pemanggangan.
3. Pendinginan (Pembekuan)
Pendinginan adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah atau mencapai titik beku menggunakan lemari es atau cold storage. Pendinginan menyebabkan mikroba menjadi tidak aktif sehinggga bahan makanan dapat disimpan lebih lama.
4. Penambahan Bahan Kimia (Zat Pengawet)
Penambahan bahan kimia (zat pengawet) bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Zat pengawet terdiri atas senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam maupun garam. Bahan pengawet organik antara lain gula, asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, dan asam asetat (asam cuka). Bahan pengawet anorganik antara lain garam dapur (NaCl), sulfit, natrium nitrit, dan natrium nitrat. Penggunaan formalin untuk pengawet makanan sangat dilarang. Saat ini, digunakan chitosan sebagai penggantinya. Chitosan dibuat dari limbah pengolahan kulit udang dan rajungan.
Beberapa jenis bumbu dapur, misalnya bawang putih, cengkih, kunyit, jahe, dan lada hitam, selain dapat meingkatkan cita rasa makanan, sebagai obat, dan antioksidan, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Fermentasi bahan makanan dilakukan dengan menambahkan bakteri atau jamur fermentasi, misalnya Saccharomyces sp. pada pembuatan tapai dan minuman beralkohol. Makanan atau minuman hasil fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat akan lebih awet selama wadah tertutup rapat.
5. Sistem Kemasan
Kemasan makanan dapat berupa botol, kaleng, plastik, dan kertas berlapis alumunium. Tujuannya adalah agar makanan terbebas dari kontaminasi mikroba dan udara luar. Bila membeli makanan dalam kemasan, kita perlu memerhatikan keutuhan wadah dan masa berlaku (masa kedaluwarsa) dari makanan tersebut.
6. Iridasi
Penyinaran dengan foton (partikel cahaya) yang berasal dari zat radioaktif, misalnya sinar gamma, dapat mematikan mikroba pembusuk dan patogen. Iradiasi dapat dilakukan terhadap bahan makanan mentah maupun makanan/minuman instan dalam kemasan. Akan tetapi, iradiasi juga dapat menimbulkan resiko seperti mutasi pada mikroba, menyebabkan terjadinya ionisasi dan timbulnya radikal bebas pada bahan makanan.