Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia (Lengkap)

Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia (Lengkap) - Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal Masehi sudah ada rute-rute pelayaran serta perdagangan antara kepulauan Indonesia dan berbagai daerah daratan Asia Tenggara. Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual di sana menarik bagi para pedagang yang menjadi daerah lintasan penting antara ina dan India. Sementara itu, pala dan engkih yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi juga ada yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut, meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia (Lengkap)

A. Masuknya Islam ke Indonesia


Perkembangan Islam di Indonesia. Menurut hasil seminar "Masuknya Islam di Indonesia" pada tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan yang dihaadiri oleh sejumlah budayawan sejarawan Indonesia, disebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8 Masehi). Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu sebagai berikut.

  1. Jalur utara, dengan rute Arab (Mekah dan Madinah)-Damaskus-Bagdad-Gujarat (Pantai Barat India)-Sri Langka- Indonesia.

  2. Jalur Selatan, dengan rute Arab (Mekah dan Madinah)-Yaman-Gujarat-Sri Langka-Indonesia.


Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam sekaligus salah satu awal mula perkembangan Islam di Indonesia adalah pantai Sumatra bagian utara. Berawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu wilayah-wilayah Pulau Sumatra (selain pantai Sumatra bagian utara), Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Klimantan, serta Kepulauan Maluku dan sekitarnya dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Hal itu disebaboan oleh sebagai berikut.

  1. Adanya dorongan kewajiban bagi setiap umat muslim atau muslimah, khususnya para ulamanya, untuk berdakwah menyiarkan Islam sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

  2. Adanya kesungguhan hati keuletan para juru dakawh untuk berdakwah seara terus-menerus kepada keluarga, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya.

  3. Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, seseorang telah dianggap masuk Islam hanya dengan menguapkan dua kalimat syahadat.

  4. Ajaran Islam tentang persamaan serta tidak adanya sistem kasta dan diskriminasi mudah menarik simpati rakyat, terutama dari lapisan bawah.

  5. Banyak raja-raja Islam yang ada di berbagai wilayah ikut berperan aktif melaksanakan kegiatan dakwah islamiah, khususnya terhadap rakyat mereka.


B. Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia


Berikut sejarah perkembangan Islam di Indonesia

1. Sumatra


Daerah pertama yang dimasuki Islam dari kepulauan Indonesia adalah Sumatra bagian utara, seperti Pasai dan Perlak. Hal ini karena wilayah Sumatra bagian utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari Indoa ke cina.

Para pedagang dari Indoa, yakni bangsa Arab, Persia, dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatra Utara.Mereka menikah dengan wanita-wanita priumi yang sebelumnya telah diIslamkan sehingga terbentuk keluarga muslim. Mereka menyiarkan Islam dengan ara bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan terhadap sanak famili, para tetangga, dan msyarakat sekitarnya.

Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudera Pasai. KErajaan ini berdiri pada tahun 1261 M di Pesisir timur laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara), rajanya yang bernama Marah Silu, bergelar Sultan Malik as-Saleh. Beliau menikah dengan putri raja Perlak yang memeluk agama Islam.

2. Jawa


Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran, Gresik yang wafat pada tahun 1101 M dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan abad ke-1, bukti-bukti kepurbakalaan dan berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke-1 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit menapai punak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi. Sebagai ontoh, penemuan kuburan Islam di Troloyo, Trowulan, dan Gresik, juga berita Ma Huan (1416 M) yang meneritakan tentang adanya orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Gresik. Pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (Sembilan Wali).

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Maulana Malik Ibrahim merupakan wali tertua diantara wali Sanga yang menyiarkan agama Islam di Jawa Timur sehingga dikenal dengan nama Sunan Gresik. Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan mendirikan mesjid dan pesantren, tempat mengajarkan Islam kepada para santri dan dengan para penduduk agar menjadi umat Islam yang bertakwa. Beliau wafat pada tahun 1419 M (882 H) dan dimakamkan di gapura Wetan.

b. Sunan Ampel

Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun 1401 M dan wafat pada tahun 1481 M serta dimakamkan di desa Ampel. Sunan Ampel menikah dengan seorang putri Tuban bernama Nyi Ageng Manila dan dikaruniai empat oran anak , yaitu Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), Nyi Ageng Maloka, dan Syarifah yang merupakan istri dari sunan Kudus.

Jasa-jasa SunanAmpel antara lain sebagai berikut.

  1. Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya

  2. Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak, yang dibangun pada tahun 1479 M.

  3. Mempelopori berdirinya Kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Fatan sebagai sultan Pertamanya.


c. Sunan Bonang

Sunan Bonang nama aslinya adalah maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel , lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. Semasa hidupnya beliau mempelajari Islam dari ayahnya sendiri, kemudian bersama Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa beliau sangat besar dalam penyiaran Islam.

d. Sunan Giri (1365-1428)

Beliau adalah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di Jawa, terutama di Jawa Timur. Ayahnya, Maulana Ishak , berasal dari Pasai dan Ibunya, Sekardadu, putri Raja Blambangan Minak Sembayu. Belajar Islam di pesantren Ampel Denta dan Pasai.

Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan pesantren di Giri, kira-kira  3 km  dari Gresik. Selain itu, beliau mengutus para mubalig untuk berdakwah ke daerahMadura, Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok, Makasar, Ternate, dan Tidore.

e. Sunan Drajat

Nama aslinya dalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Beliau berjasa dalam menyiarkan Islam dan mendidik para santri sebagai calon mubalig.

f. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah. Beliau berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil mendirikan dua buah kerajaan Islam, yakni Banten dan irebon. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 M dan dimakamkan di Gunung Jati (7 km sebalah utara cirebon)

g. Sunan Kudus

Nama aslinya adalah Ja'far sadiq, lahir pada pertengahan abad ke 1 dan wafat pada tahun 1550 M (960 H). BEliau berjasa dalam menyebarkan Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa tengah bagian utara. Sunan kudus membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang sastrawan , diantara karya sastranya yang terkenal adalah gending Maskumambang  dan Mijil.

h. Sunan Kalijaga

Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga yang terkenal karena berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga. Beliau adalah seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana. Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga sering menggunakan kesenian rakyat (gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). BEliau wafat pada akhir abad ke-16 dan dimakamkan di desa Kadilangu, sebelah Timur laut kota Demak.

i. Sunan Muria

Nama aslinya adalah Raden Umar Said , putra Sunan Kalijaga. Beliau seorang mubalig yang berdakwah ke pelosok -pelosok desa dan daerah pegunungan . Di dalam dakwahnya beliau menggunakan sarana gamelan serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, yang terletak di sebelah  utara kota Kudus.

3. Sulawesi


Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak kerajaan kecil yang sebagian masih memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme. Diantara kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal dan besar adalah Kerajaan Gowa-Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.

Pada tahun 1562-1565 M di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa-Tallo berhasil menaklukan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu. Pada masa itu, di Gowa-Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah yang ukup besar. Atas jasa Datuk ri Bandang dan Datuk Sulaiman, penyebaran serta pembangunan Islam lebih lebih intensif dan mendapat kemajuan yangpesat. Pada tanggal 22 september 1605 , raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaludin. Beliau berhyubungan baik dengan Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Baabullah dari Ternate.

Seteah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan kekuasaannya. Daerah Wojo dan Sopeng berhasil ditaklukan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.

4. Kalimantan


Sebelum islam masuk ke kalimantan,di kalimantan selatan terdapat kerajaan kerajaan hindu yang berpusat di dipa,dan kahuripan yang terletak di hulu sungai nagara dan amuntai kimi . Kerajaan kerajaan ini sudah  menjalin hubungan dengan majapahit, bahkan salah seorang raja majapahit menikah dengan putri tunjung buih. Hal tersebut tercatat dalam kitab Negaraketargama karya Mpu Prapanca.

Menjelang kedatangan islam,kerajaan daha diperintah oleh maharja sukarama.setelah beliau meninggaal digantikan oleh pangeran tumenggung.hal ini menimbulkan kemelut keluarga karena pangeran samudera (cucu Maharja Sukarama) merasa lebih berhak atas tahta kerajaan. Akhirnya pangeran samudera dinobatkan sebagai raja banjar oleh para pengikut setianya yang membawahi daerah Masik, Balit, Muhur, Kuwin,dan Balitung yang terletak dihilir Sungai Nagara.

Berdasarkan hikayat Banjar , Pangeran Samudra meminta Kerajaan Demak (Sultan Trenggono) untuk memerangi Kerajaan Daha dengan perjanjian apabila kerajaan Daha dapat dikalahkan, pangeran Samudra berserta rakyatnya bersedia masuk Islam. Tentara berkat bantuan dari tentara demak, Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Daha dapat ditundukan daan sesuai dengan perjanjian, akhirnya raja Banjar, Pangeran Samudra berserta segenap rakyatnya masuk Islam dan bergelar Sultan Suryamullah. Menurut A. A.cense dalam bukunya yang berjudul De Kroneik van Banjarmasin 1928, pristiwa itu terjadi pada tahun 1550 m.

5. Maluku dan Sekitarnya


Pada tahun 1400~1500 m (abad ke 15) Islam masuk dan berkembang di Maluku  dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka,dan Jawa. Mereka yang sudah beragama Islam banyak yang pergi   ke pesantren pesantren di Jawa Jimur untuk mempelajari islam.

Raja raja di Maluku yang masuk islam di antaranya sebagai berikut.

  1. Raja Ternate, yang kemudian bergelar Sultan Mahrum (1465~1486). Setelah beliau meninggal. Digantiakan oleh Sultan Zaenal Abidin yang besar jasanya dalam mensyiarkan Islam di kepulauan Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Filipin.

  2. Raja Tidore,yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.

  3. Raja Jailo,yang berganti nama menjadi Sultan Hassanudin .

  4. Raja Bacan, yang masuk Islam pada tahun 1520 dan bergelar Sultan Zaenal Abidin.


Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku , Islam juga masuk ke Irian. Daerah-daerah Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau Waigo, dan Pulau Gebi.

C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan


Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia, telah banyak mendatangkan perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain sebagai berikut.

  1. Masyarakat indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa.

  2. Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan Islam (lihat Q.S.An-Nahl, 16;90), mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dahulunya menganut sistem kasta serta diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap angotanya mempunyai kedudukan,harkat,martabat,hak-hak yang sama.

  3. Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan  yang didengungkan islam dengan semboyan Hubbul Wathan Minal-iman (Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman),mampu mengubah cara berpikir masyarakat indonesia, khususnya para pemuda yang dahulunya bersifat sektarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersipat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara),

  4. Semboyan yang diajarkan islam yang berbunyi ''islam adalah agama yang cinta damai,tetapi lebih cinta kemerdekaan'' telah mampu mendorong masyarakat indonesia untuk melakukan  usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.


Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 190 yang artinya;  Dan perangilah di jalan allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

1. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


a. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis

Bangsa Portugis datang dari Eropa Barat ke dunia Timur, termasuk Indonesia dengan semboyan Gold (Tambang Emas), Glory (Kemuliaan, Keangungan), dan Gospel (Penyebaran Agama Nasrani). Bangsa Portugis melakukan berbagai usaha dengan menghalalkan segala cara, antara lain pada tahun 1511 mereka merebut bandar Malaka, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Sikap bangsa Portugis yang kasar dan angkuh, yang bermaksud merebut kekuasaan dan memaksakan kemauannya dalam perdagangan menyebabkan  kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia bangkit untuk memberikan perlawanan mengusir penjajah Portugis dari bumi Nusantara.

Pada tahun 1526 bala tentara Demak di bawah pimpinan panglima perang Fatahillah berangkat melalui jalur laut menuju Sunda Kelapa untuk mengusir penjajah Portugis. Setibanya di Sunda Kelapa, Fatahillah  dan bala tentaranya mengepung Sunda Kelapa dan terjadilah pertempuran sengit melawan penjajah Portugis. Dalam pertempuran ini Fatahillah dan bala bantuannya memperoleh kemenangan. Sunda Kelapa direbut dari tangan penjajah, kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 22 Juni 1527  ang kemudian ditetapkan sebagai lahirnya kota Jakarta.

b. Perlawanan terhadap Penjajah Belanda

Bangsa indonesia kembali dijajah oleh bangsa belanda,yang untuk pertama kali berlabuh di banten pada tahun 1596 dipimpin oleh cornelis de houtman. Tujuan kedatanagan belanda ke indonesia sama dengan tujuan penjajah portugis,Yakni memaksakan praktik monopoli perdagangan dalam menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan kerajaan yang ada di wilayah nusantara.penjajah belanda menempuh berbagai usaha dan menghalalkan segala cara, misalnya menerapkan politik divide et impera, muslihat damai, mengeruk kekayaan sebanyak banyaknya dari bumi nusantara untuk membangun bangsanya, serta membiarkan rakyat indonesia berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan

Sejarah mencatat dengan dengan tinta emas, sederetan nama para pejuang kusuma bangsa yang menderita, bahkan berkorban jiwa dalam berperang melawan penjajah belanda demi tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara tercinta indonesia.

Di Pulau Jawa nama nama tersebut antara lain Sultan ageng tirtayasa,kiai tapa, dan Bagus Buang dari Kesultanan Yogyakarta.Dari kesultanan aceh kita bisa mengenal sederetan nama para panglima perang islam, seperti panglima polim, panglima ibrahim, teuku cik ditiro, cut nyak dien, habib abdurrahman, imam leungbatan, dan sultan alaudin muhammad daud syah.Dari maluku yakni dari kesultanan ternate dan tidore, tercatat nama-nama para pejuang kusuma bangsa seperti Saidi,Sultan Jamaludin,dan pangeran Nuku. Dari sulawesi selatan yakni dari kerajaan Gowa-Tallo dan Bone, terkenal nama pahlawan bangsa seperti sultan Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka. Adapun dari kalimantan selatan, rakyat yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat pajak yang tinggi dan kewajiban kerja paksa serempak mengangkat senjata dibawah pimpinan para panglima perang, seperti pangeran Antasari, Kiai Demang Lehman, Berasa, Haji Masrin, Haji Bayasin, Kiai Langlang, Pangeran Hidayat, Pangeran Maradipa, dan Tumenggung Mancanegara.

Demikianlah nama-nama para pahlawan islam sebagai para pejuang kusuma bangsa dari berbagai kepulauan di Nusantara, yang telah berperang melawan imperialismeBelanda. sayangnya,perlawanan mereka dapat di patahkan oleh penjajah Belanda. Hal ini antara lain disebabkan oleh perlawanan mereka lebih bersipat lokal regional sporadis(tidak merata) dan kurang terkoordinasi serta persenjataan pihak kaum imperialis jauh lebih canggih.

2.   Peranan Ulama Islam pada Masa Perang Kemerdekaan


Perkembangan Islam di Indonesia tak lepas dari peranan ulama islam indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam yaitu sebagai berikut.

  1. Membina kader umat islam melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat.

  2. Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.


Para pahlawan islam yang telah berjuang melawan imperalis Portugis dan Belanda seperti Fatahillah, Sultan Baabullah, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Habib Abdurrahman adalah para ualam yang  beriman dan bertakwa, yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi orang banyak sehingga mereka menjadi panutan umat.

3. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren pada Masa Perang Kemerdekaan


Organisasi-organisasi dan pondok pesantren tersebut adalah sebagai berikut.

a. Sarekat Dagang Islam/Sarekat Islam

Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada tahun 1905 di kota Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya adalah menggalang kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina (yan mendapat perlakuan istimewa dari penjajah Belanda) dan memajukan agama Islam.

Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang bertujuan bukan hanya memajukan para pedagang Islam ,melainkan lebih luas lagi yaitu menghapus penderitaan, penghinaan, dan ketidakadilan yang menimpa seluruh rakyat Indonesia akibat ulah penjajah Belanda.

Pada tahun 1914 telah berdiri 56 perkumpulan lokal Sarekat Islam yang telah resmi berbentuk badan hukum yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Untuk menyeragamkan gerak dan langkah, pada tanggal 18 Maret 1916 dibentuk wadah Central Sarekat Islam yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto.

b. Muhammadiyah

Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di Kota Yogyakarta oleh K.H ahmad dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah baik sekolah umum maupun sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi warga miskin, dan perpustakaan-perpustakaan.

c. Nahdatul Ulama (NU)

NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting dalam upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. wahab Hasbullah.

Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang penjajah dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya sebagai berikut.

  1. Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.

  2. Menolak rencana ordonasi (peraturan pemerintah) tentang pernikahan tercatat.

  3. Menolak diadakannya milisi (wajib militer)

  4. Menyokong GAPI dalam menuntuk Indonesia yang memiliki parlemen kepada pemerintah kolonial Belanda.


d. Pondok Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yna gdiajarkan di pesantren adalah ilmu tauhid, fikih Islam, akhlak, ushul fikih, nahwu, saraf, dan ilmu mantik. Sumber pelajarannya biasanya kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat atau gundul yang biasa disebut dengan Kitab Kuning.

4. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan


Dengan usaha mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, untuk memajukan perkembangan Islam di Indonesia umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik perjuangan fisik (berperang) maupun perjuangan diplomasi. Di tahun-tahun awal kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia harus menghadapi Jepang (september 1945), negara Sekutu (November 1945-Maret 1946), dan Belanda (Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948).

Selain itu, kemerdekaan negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha diplomatik yaitu perundangan antara Indonesia dan Belanda, misalnya Perundingan Linggajati (November 1946), Perjanjian Renville (Desember 1947), Perjanjian Roem-Royen (April 1949), dan Konferensi Meja Bundar di Den Haag (2 November 1949).

5. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan


Organisasi Islam yang ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada tahun 1947di Yogyakarta, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berdiri pada tanggal 17 April 1960, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada tanggal 26 Juli 1975.

Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan antara lain sebagai berikut.

  1. Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi, berbudi luhur, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  2. Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara lain mendirikan rumah sakit, poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), panti asuhan, dan pos santunan sosial.


Nahdatul Ulama yang pernah berkiprah di bidang politik, dalam perkembangan selanjutnya melalui munas NU pada tanggal 18-21 Desember 1984 di Situbondo dengan tegas menyatakan bahwa NU meninggalkan aktivitas politik dan kembali ke khitah (tujuan dasar). Usaha-usaha NU antara lain sebagai berikut.

  1. Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan perguruan tinggi.

  2. Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren.

  3. Membantu serta mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.


Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keulamaan yang bersifat independen, tidak berafiliasi kepada salah satu aliran politik, mazhab, atau aliran keagamaan Islam yang ada di Indonesia. Adapun peranan Majelis Ulama Indonesia pada masa pembangunan adlah sebagai berikut.

  1. Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam pada umumnya, sebagai amar makruf nahi mungkar dalam usaha meningkatkan ketatahanan nasional.

  2. Memperkuat ukhuwah islamiah dan melaksanakan kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

  3. MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesia guna menyukseskan pembangunan nasional.


Organisasi ini pertama kali diketuai oleh Prof. Dr. B.j. Habibie, yang kemudian menjadi presiden ketiga Republik Indonesia.

6. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan


Lembaga pendidikan Islam adalah badan yang berhubungan dengan pendidikan Islam untuk memenuhi kebutuhan umatnya di bidang pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia ada yang didirikan dan dikelola langsung oleh pemerintah (Departemen Agama), seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) , Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah Negeri (MAN), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN). IAIN sekarang berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) yang tidak hanya mendalami ilmu tentang keislaman, seperti fakultas syariah dan usuluddin, tetapi juga mendalami ilmu pengetahuan umum seperti fakultas ekonomi dan fakultas kedokteran.

Adapun peranan-peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain sebagai berikut.

  1. Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

  2. Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

  3. Memupuk persatuan dan kesatuan umat.

  4. Mencerdaskan bangsa Indonesia.

  5. Mengadakan pembinaan mental spiritual.


D. Contoh-Contoh Perkembangan Islam di Indonesia


Perkembangan Islam di Indonesia jika dilihat dari ajarannya memiliki ciri tertentu dengan corak budaya lokal. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan masyarakat pada setiap daerah terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah menyatu dengan khazanah budaya lokal di Indonesia. Jika menyimak pada penyebarannya, awal mulanya Islam masuk ke Indonesia melalui daerah perkotaan. Sebagai contoh di Pasai, Demak, Majapahit, Cirebon, dan tempat-tempat lainnya. Dari perkotaan, Islam selanjutnya menyebar ke perdesaan. Ketika para mubalig yang melakukan dakwah di wilayah perkotaan tidak memiliki kekuasaan,mereka memilih untuk keluar dan menyebar menuju desa. Dari sini, Islam yang berkembang di Indonesia sangat kental dengan ciri perdesaan yang kurang dinamis dan cenderung mempertahankan keyakinan pada mitos-mitos tertentu. Inilah sebabnya corak Islam di Indonesia dan paling banyak dianut, Islam telah memengaruhi khazanah budaya bangsa. Kita dapat menemukan perkembangan Islam ini dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya bidang pendidikan, seni, hukum, pemikiran, dan organisasi.
Baca Juga : Meneladani Perjuangan Rasulullah saw di Mekah-Madinah

E. Keteladanan Perkembangan Islam di Indonesia


Berikut beberapa keteladanan yang dapat kita ambil dari perkembangan Islam di Indonesia.

1. Kewajiban untuk Menyampaikan Dakwah

Dalam Islam setiap individu diwajibkan untuk berdakwah. dakwah di sini mengandung arti yang luas, tidak sekadar mengajak untuk menyembah kepada Allah Swt. semata dengan menjalankan kewajiban agamanya, tetapi mengajak untuk berbuat kebajikan. Hal inilah yang dalam tahap selanjutnya justru akan menumbuhkan simpati masyarakat sehingga mereka dengan sukarela menganut agama ini.

2. Memasukkan Ajaran Islam dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Ajaran Islam bersifat terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Dengan berperdoman pada Alquran dan hadis, umat Islam dapat menerapkan prinsip-prinsip pada kedua sumber tersebut untuk diterapkan dalam bidang lain. Sebagai contoh, dalam bidang hukum kita dianjurkan untuk menegakkan keadilan, selalu berbuat jujur, dan menempatkan kedudukan yang sama di depan hukum.

3. Internalisasi Nilai Islam Sesuai Nilai Budaya Lokal

Islam dianggap mampu memadukan nilai budaya lokal, regional, dan nasional. Oleh karena itu, Islam yang berkembang  di Indonesia tampil dnegan corak khas Indonesia. Demikian halnya ketika Islam masuk ke beberapa daerah di tanah air, memiliki karakter yang kuat dengan masing-masing daerahnya. SebagaiIslam  contoh, karakter Islam di Sumatra berbeda dengan yang ada di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

4. Pemurnian Ajaran Islam Hendaknya Terus Berjalan

Dakwah  islamiah kepada umat Islam tetap perlu dilakukan. Tujuannya agar mereka selalu menerapkan  ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Demikian halnya jika dalam pengalaman agama mereka terjadi kekeliruan karena pengetahuan yang terbatas atau kebiasaan yang salah harus kita luruskan.

5. Tidak Mengidentikkan Islam dengan Kekerasan

Sebagai agama rahmatan lil 'alamin' , Islam akan mengantarkan kerahmatan bagi alam semesta. Dengan demikian, dakwah islamiah harus dilakukan dengan cara yang baik, tidak dengan kekerasan. Demikian halnya sesama umat Islam seharusnya saling menjalin ukhuwah, tidak boleh merasa benar sendiri sehingga menimbulkan konflik.

 

Demikianlah pembahasan kita mengenai Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia. Semoga bermanfaat dan jangan lupa baca juga Artikel Belajar lainnya.

 

Share this

Related Posts

3 komentar

komentar
3 Maret 2018 12.18 delete

[…] Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Indonesia (Lengkap) […]

Reply
avatar
Mochamad zaenal arifin
24 November 2020 09.56 delete

Ajaran Islam bersifat terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Dengan berperdoman pada Alquran dan hadis, umat Islam dapat menerapkan prinsip-prinsip pada kedua sumber tersebut untuk diterapkan dalam bidang lain

Reply
avatar
24 November 2020 09.58 delete

Ajaran Islam bersifat terbuka sehingga dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, hukum, ekonomi, dan sosial. Dengan berperdoman pada Alquran dan hadis, umat Islam dapat menerapkan prinsip-prinsip pada kedua sumber tersebut untuk diterapkan dalam bidang lain Dengan dianutnya agama Islam oleh mayoritas masyarakat Indonesia, telah banyak mendatangkan perubahan.

Reply
avatar