Pengertian Annelida, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Habitat, dan Peranan - Annelida (Latin, annelus= cincin kecil, eidos = bentuk) adalah cacing yang memiliki bentuk seperti sejumlah cincin kecil yang diuntai, bersifat triploblastik, dan selomata (berongga tubuh sejati). Annelida atau cacing gelang adalah cacing yang tubuhnya bersegmen. Annelida adalah hewan tripoblastik (tripoblastik: hewan yang memiliki 3 lapisan tubuh) yang memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan merupakan hewan dengan stuktur tubuhnya paling sederhana.
Pada umumnya Annelida hidup bebas di air tawar, air laut, air payau, dan darat. Annelida mudah ditemukan di sawah, rawa, dan tanah yang mengandung sisa-sisa bahan organik (detritus). Annelida karnivor memakan udang kecil atau invertebrata kecil lainnya, namun ada pula yang bersifat ektoparasit dengan cara menempel sementara di tubuh hewan vertebrata dan manusia, misalnya Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemadipsa (pacet).
Tubuh Annelida berukuran kurang dari 1 mm hingga 3 m. Cacing tanah raksasa Megascolides australis dari Australia memiliki panjang hingga 3 m. bentuk tubuh Annelida simetri bilateral, terbagi menjadi ruas-ruas (segmen) yang sama dari anterior hingga posterior. Ruas-ruas tubuh yang sama disebut matemari atau somit.
Annelida memiliki tiga lapisan embriotik, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Annelida sudah memiliki rongga tubuh sejati (selomata). Segmentasi pada Annelida membagi otot dinding tubuh dan juga menyekat rongga tubuh. Penyekat rongga tubuh disebut septa. Septa terdiri atas dua lapis peritoneum (lapisan mesodernal dari dinding organ tubuh) yang berasal dari ruas muka dan belakang. Sistem pernapasan makanan, peredaran darah, sistem saraf, dan sistem eksresi saling berhubungan antarsegmen. Bagian ujung anterior tubuh disebut pigidium (bukan merupakan ruas). Pada setaip sisi lateral ruas tubuh terdapat parapodia dengan sejumlah seta (rambut). Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih. Annelida memilki kemampuan untuk melakukan regenerasi. Bila sebagian tubuhnya terputus atau rusak, akan segera tumbuh terbaru. Beberapa jenis Annelida melakukan autotomi, yaitu melepaskan sebagian anggota tubuh apabila mendapatkan gangguan.
Annelida memilki sistem pencernaan yang lengkap, yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, lambung otot (empedal), usus halus dan anus. Cacing ini memiliki sistem peredaran darah tertutup, yaitu darah mengalir di dalam pembuluh darah. Terdapat dua pembulu darah utama, yaitu pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang sejajar dengan saluran pencernaan. Pembuluh darah dapat berkontaksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Darah Annelida mengandung protein pengikat oksigen(hemoglobin) sehingga berwarna merah. Ada pula darah yang berwarna kehijauan karena mengandung protein klorokruorin.
[caption id="attachment_1294" align="aligncenter" width="700"] Struktur tubuh Annelida (cacing tanah)[/caption]
Annelida bernapas dengan seluruh permukaan tubuhnya, namun ada pula yang bernapas dengan insang yang merupakan modifikasi sebagian parapodia atau cirri (rambut-rambut kasar) dorsal. Annelida memilki alat eksresi berupa metanefidi, yang terdiri atas nefrostom (corong bersilia), nefridia (saluran yang terbungkus peritoneum), dan nefridiopor (lubang eksresi).
Annelida memilki sistem saraf tangga tali dengan gnaglia otak di bagian dorsal dengan faring serta sel indra atau sel peraba di seluruh permukaan tubuhnya. Annelida memiliki bintik mata dan alat keseimbangan statosista.
[caption id="attachment_1295" align="aligncenter" width="638"] Cara reproduksi Annelida (cacing tanah)[/caption]
Reproduksi Annelida terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian tubuhnya). Namun sebagian besar Annelida bereproduksi secara seksual. Alat kelamin terdapat pada individu yang sama (hermafrodit) atau terdapat pada individu yang berbeda (gonokoris). Pada cacing tanah, meskipun bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan perkawinan silang dengan cara saling mempertemukan spermanya untuk membuahi sel telur individu pasangannya.
Terdapat sekita 15.000 spesies Annelida. Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada tubuhnya, filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
Polychaeta (Yunanai, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan Annelida yang memilki banyak seta (rambut). Sebagian besar Polychaeta hidup di laut, namun beberapa jenis hidup di air payau dan air tawar. Ada Polychaeta yang hidup sebagai karnivor dengan memakan invertebrata kecil, sebagai herbivor dengan memakan ganggang, dan pemakan endapan dengan cara menelan lumpur yang mengandung bahan organik. Bahan organik dicerna dan partikel mineral dikeluarkan bersama sisa pencernaan melalui anus.
Tubuh Polychaeta berukuran 5 - 10 cm dengan diameter 2 - 10 mm. Bagian kepala, terdiri atas bagian prostomium dan peristomium. Pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang palpus. Peristomium terletak setelah prostomium. Pada peristomium terdapat mulut, alat indra, dan sirus (cirrus, sungut/rambut kasar sebagai alat peraba). Pada setiap ruas tubuh terdapat sepasang parapodium. Parapodium berfungsi sebagai alat gerak dan alat pernapasan karena mengandung pembuluh darah yang halus.
Polychaeta menangkap mangsa dengan menggunakan faring atau menjulurkan probosis. Polychaeta memilki alat indra berupa mata dan statosista. Mata berfungsi sebagai fotoreseptor dan menunjukan gerak fototaksis negatif (menjauhi cahaya). Akan tetapi ada pula Polychaeta yang tidak memiliki bintik mata.
Pada umumnya Polychaeta bereproduksi secara seksual dan gonokoris. Gamet atau sel kelamin dapat dikeluarkan melalui metanefridia atau secara dehiscence (sobekan dinding tubuh) atau eksternal (di air). Ada pula Polychaeta yang bereproduksi dengan membentuk epitoke (individu reproduktif). Epitoke dapat terbentuk melalui pertuntasan atau transformasi langsung. Bentuk tubuh epitoke berbeda dengan atoke (individu non-reproduktif). Epitoke akan berenang ke permukaan air menjelang pagi atau petang hari untuk melepaskan sperma dan telur, peistiwa ini disebut swarming. Swarming terjadi pada masa-masa tertentu. Sawarming cacing palolo (Eunice viridis) dari kepulauan Samoa, Maluku, dan Nusa Tenggara terjadi di bulan Novembe, seminggu setelah bulan purnama. Di Pulau Lombok dikenal istilah "bau nyale" (menangkap cacing laut) yang dilakukan pada bulan Febuari dan Maret. Menjelang fajar, epitoke mengalami dehiscence, sehingga telur bertebaran di air dan segera dibuahi oleh sperma.
Terdapat sekitar 8.000 Polychaeta yang teridentifikasi, antara lain cacing paolo (Eunice sp.) dan cacing wawo (Lysidice oele) yang bisa dimakan, Nereis (memilki tubuh panjang dengan dua buah rahang yang besar), Myzostoma (parasit pada Echinodermata), dan Sabellaria (Polychaeta(parasit Echinodermata), dan Sabellaria (Polychaeta yang hidup bergerombol di antara lubang pasir di laut).
Oligochaeta (Yunani, oligos = sedikit, chaetae = rambut kaku) merupakan Annelida yang memiliki sedikit seta (rambut). Sebagian besar Oligochaeta hidup di air tawar, namun ada pula yang hidup di air laut, air payau, dan darat (tanah yang lembap).
Oligocheae dibedakan menjadi dua macam, yaitu mikrodrile dan megadrile. Mikrodrile merupakan spesies yang hdiup di air, berukuran 1- 30 mm, berdinding tubuh tipis, dan agak transparan. Megadrile merupakan spesies yang hidup di darat, berdinding tubuh tebal, pada umumnya memiliki panjang tubuh 5 - 30 cm dan ada yang mencapai 3 m. Jumlah ruas pada tubuhnya bervariasi sekitar 115 - 200 buah, bahkan ada yang mencapai 500 ruas. Pada setiap ruas terdapat empat rumpun seta dengan jumlah seta pada setiap rumpun 1 - 25 buah.
Oligochaeta memiliki jaringan klorogonen di sekeliling usus dan pembuluh dorsal, yaitu lapisan sel berwarna kuning yang berfungsi sebagai hati atau berperan dalam proses deaminasi protein, pembentukan amonia, dan sistesis urea. Pada umumnya Oligochaeta tidak memiliki bintik mata, kecuali yang hidup di air. Di seluruh permukaan tubuh Oligochaeta , kecuali bagian ventral, terdapat sel indra sebagi fotoreseptor. Oligochaeta menunjukkan gerak mendekati cahaya lemah dan menjauhi cahaya kuat.
Semua oligochaeta bersifat hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Oligochaeta memiliki klitelum , yaituruas-ruas reproduktif yang berdinding tebal. Pada klitelum terdapat banyak sel kelenjar yang menghasilkan lendir untuk perkawinan , juga bahan untuk membuat dinding kokon dan albium untuk melekatkan telur dalam kokon.
Perkawinan terjadi antara dua individu dengan saling bertukar sperma. Beberapa hari setelah perkawinan, klitelum menghasilkan lendir yang menyelubungi ruas-ruas anterior dan dinding kokon. Telur dikeluarkan dari gonopori betina ke dinding kokon. Dinding kokon yang mengandung telur kemudian meluncur ke muara spermateka untuk mendapatkan sperma hasil pertukaran sebelumnya. Pembuahan terjadi di dalam lapisan albumin dinding kokon. Dinding kokon terus meluncur ke anterior dan lepas dari kepala cacing. Di dalam kokon, embrio cacing terus berkembang hingga menetas dan keluarlah anak cacing dari kokon.
Terdapat sekitar 3.500 spesies Oligochaeta yang teridentifikasi, antara lain cacing tanah (Lumbricus terrestris) Tubifex (cacing yang hidup di perairan tergenang dan tercemar, sering digunakan sebagi pakan ikan), dan cacing raksasa Australia (Megascolides australis).
Hirudenia biasa disebut lintah. Tubuh lintah tidak memiliki parapodia maupun seta. Lintah memiliki dua buah alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan posterior untuk menempel pada inangnya. Lintah hidup secara ektoparasit sementara pada tubuh inang, misalnya sapi, kerbau, dan manusia. Lintah sering ditemukan di perairan tawar yang tenang, dangkal, dan banyak ditumbuhi tumbuhan air. Lintah termasuk hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Pada siang hari, linah bersembunyi di bawah batu, sampah atau tumbuhan air, sedangkan pada waktu malam hari, lintah berkeliaran mencari makan.
Panjang tubuh lintah antara 1 - 5 cm, namun ada pula yang mencapai 20 -30 cm. Bentuk tubuh pipih dorsovental dengan ujung anterior meruncing dan alat pengisap anterior mengelilingi mulut. Jumlah ruas tubuh sejati sebenarnya tetap 34 buah, tetapi lintah memiliki ruas-ruas semu eksternal (annuli). Darah lintah memiliki pigmen hemoglobin, namun ada pula yang tidak.
Sebagian besar lintah pengisap darah memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan entikoagulan hirudin yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah mangsa, sehingga lintah dapat megnisap darah sebanyak mungkin. Pada waktu mengisap darah, lintah menempelkan alat penghisap anteriornya dan menyayat kulit mangsa dengan tepi rahangnya serta mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit) sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Di belakang rahang terdapat faring berotot sebagai pompa.
Lintah tahan puasa, bahkan ada yang bertahan hidup hingga 1,5 tahun tanpa makan. Untuk menghindari gigitan lintah, dapat dengan mengoleskan balsam, minyak kayu putih atau sejenisnya pada kulit.
Semua lintah bersifat hermafrodit dan melakukan perkawinan silang untuk saling bertukar sperma. Kokon diletakkan pada substrat dan sedikit dibenamkan dalam lumpur. Ada pula lintah yang mengerami telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tetap menempel pada induknya hingga beberapa hari. Lintah dewasa setelah berumur 3 - 5 tahun. Umur lintah dapat mencapai 10 - 15 tahun.
Terdapat sekitar 500 spesies Hirudinea yang terindetifikasi, antara lain lintah air (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa)
Annelida yang merugikan sebagai ektoparasit, antara lain sebagai berikut.
Annelida ang bermanfaat dalam hidupan manusia, antara lain sebagai berikut.
Dalam pengobatan modern, lintah dimanfaatkan untuk mengobati migrain, serta membuang kelebihan cairan atau darah dalam jaringan tubuh akibat luka, penyakit, atau operasi. Pada saat mengisap darah, lintah akan mengeluarkan hirudin yag mencegah darah menggumpal serta mengencerkan darah yang telah menggumpal.
Cara hidup dan Habitat Annelida
Pada umumnya Annelida hidup bebas di air tawar, air laut, air payau, dan darat. Annelida mudah ditemukan di sawah, rawa, dan tanah yang mengandung sisa-sisa bahan organik (detritus). Annelida karnivor memakan udang kecil atau invertebrata kecil lainnya, namun ada pula yang bersifat ektoparasit dengan cara menempel sementara di tubuh hewan vertebrata dan manusia, misalnya Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemadipsa (pacet).
Ciri-Ciri Tubuh Annelida
a. Ukuran dan bentuk tubuh Annelida
Tubuh Annelida berukuran kurang dari 1 mm hingga 3 m. Cacing tanah raksasa Megascolides australis dari Australia memiliki panjang hingga 3 m. bentuk tubuh Annelida simetri bilateral, terbagi menjadi ruas-ruas (segmen) yang sama dari anterior hingga posterior. Ruas-ruas tubuh yang sama disebut matemari atau somit.
Baca juga : Pengertian Nematoda, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Habitat, dan Peranan
b. Struktur dan fungsi tubuh Annelida
Annelida memiliki tiga lapisan embriotik, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Annelida sudah memiliki rongga tubuh sejati (selomata). Segmentasi pada Annelida membagi otot dinding tubuh dan juga menyekat rongga tubuh. Penyekat rongga tubuh disebut septa. Septa terdiri atas dua lapis peritoneum (lapisan mesodernal dari dinding organ tubuh) yang berasal dari ruas muka dan belakang. Sistem pernapasan makanan, peredaran darah, sistem saraf, dan sistem eksresi saling berhubungan antarsegmen. Bagian ujung anterior tubuh disebut pigidium (bukan merupakan ruas). Pada setaip sisi lateral ruas tubuh terdapat parapodia dengan sejumlah seta (rambut). Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih. Annelida memilki kemampuan untuk melakukan regenerasi. Bila sebagian tubuhnya terputus atau rusak, akan segera tumbuh terbaru. Beberapa jenis Annelida melakukan autotomi, yaitu melepaskan sebagian anggota tubuh apabila mendapatkan gangguan.
Annelida memilki sistem pencernaan yang lengkap, yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, lambung otot (empedal), usus halus dan anus. Cacing ini memiliki sistem peredaran darah tertutup, yaitu darah mengalir di dalam pembuluh darah. Terdapat dua pembulu darah utama, yaitu pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang sejajar dengan saluran pencernaan. Pembuluh darah dapat berkontaksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Darah Annelida mengandung protein pengikat oksigen(hemoglobin) sehingga berwarna merah. Ada pula darah yang berwarna kehijauan karena mengandung protein klorokruorin.
[caption id="attachment_1294" align="aligncenter" width="700"] Struktur tubuh Annelida (cacing tanah)[/caption]
Annelida bernapas dengan seluruh permukaan tubuhnya, namun ada pula yang bernapas dengan insang yang merupakan modifikasi sebagian parapodia atau cirri (rambut-rambut kasar) dorsal. Annelida memilki alat eksresi berupa metanefidi, yang terdiri atas nefrostom (corong bersilia), nefridia (saluran yang terbungkus peritoneum), dan nefridiopor (lubang eksresi).
Annelida memilki sistem saraf tangga tali dengan gnaglia otak di bagian dorsal dengan faring serta sel indra atau sel peraba di seluruh permukaan tubuhnya. Annelida memiliki bintik mata dan alat keseimbangan statosista.
Cara Reproduksi Annelida
[caption id="attachment_1295" align="aligncenter" width="638"] Cara reproduksi Annelida (cacing tanah)[/caption]
Reproduksi Annelida terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian tubuhnya). Namun sebagian besar Annelida bereproduksi secara seksual. Alat kelamin terdapat pada individu yang sama (hermafrodit) atau terdapat pada individu yang berbeda (gonokoris). Pada cacing tanah, meskipun bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan perkawinan silang dengan cara saling mempertemukan spermanya untuk membuahi sel telur individu pasangannya.
Klasifikasi Annelida
Terdapat sekita 15.000 spesies Annelida. Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada tubuhnya, filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Polychaeta
Polychaeta (Yunanai, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan Annelida yang memilki banyak seta (rambut). Sebagian besar Polychaeta hidup di laut, namun beberapa jenis hidup di air payau dan air tawar. Ada Polychaeta yang hidup sebagai karnivor dengan memakan invertebrata kecil, sebagai herbivor dengan memakan ganggang, dan pemakan endapan dengan cara menelan lumpur yang mengandung bahan organik. Bahan organik dicerna dan partikel mineral dikeluarkan bersama sisa pencernaan melalui anus.
Tubuh Polychaeta berukuran 5 - 10 cm dengan diameter 2 - 10 mm. Bagian kepala, terdiri atas bagian prostomium dan peristomium. Pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang palpus. Peristomium terletak setelah prostomium. Pada peristomium terdapat mulut, alat indra, dan sirus (cirrus, sungut/rambut kasar sebagai alat peraba). Pada setiap ruas tubuh terdapat sepasang parapodium. Parapodium berfungsi sebagai alat gerak dan alat pernapasan karena mengandung pembuluh darah yang halus.
Polychaeta menangkap mangsa dengan menggunakan faring atau menjulurkan probosis. Polychaeta memilki alat indra berupa mata dan statosista. Mata berfungsi sebagai fotoreseptor dan menunjukan gerak fototaksis negatif (menjauhi cahaya). Akan tetapi ada pula Polychaeta yang tidak memiliki bintik mata.
Pada umumnya Polychaeta bereproduksi secara seksual dan gonokoris. Gamet atau sel kelamin dapat dikeluarkan melalui metanefridia atau secara dehiscence (sobekan dinding tubuh) atau eksternal (di air). Ada pula Polychaeta yang bereproduksi dengan membentuk epitoke (individu reproduktif). Epitoke dapat terbentuk melalui pertuntasan atau transformasi langsung. Bentuk tubuh epitoke berbeda dengan atoke (individu non-reproduktif). Epitoke akan berenang ke permukaan air menjelang pagi atau petang hari untuk melepaskan sperma dan telur, peistiwa ini disebut swarming. Swarming terjadi pada masa-masa tertentu. Sawarming cacing palolo (Eunice viridis) dari kepulauan Samoa, Maluku, dan Nusa Tenggara terjadi di bulan Novembe, seminggu setelah bulan purnama. Di Pulau Lombok dikenal istilah "bau nyale" (menangkap cacing laut) yang dilakukan pada bulan Febuari dan Maret. Menjelang fajar, epitoke mengalami dehiscence, sehingga telur bertebaran di air dan segera dibuahi oleh sperma.
Terdapat sekitar 8.000 Polychaeta yang teridentifikasi, antara lain cacing paolo (Eunice sp.) dan cacing wawo (Lysidice oele) yang bisa dimakan, Nereis (memilki tubuh panjang dengan dua buah rahang yang besar), Myzostoma (parasit pada Echinodermata), dan Sabellaria (Polychaeta(parasit Echinodermata), dan Sabellaria (Polychaeta yang hidup bergerombol di antara lubang pasir di laut).
b. Oligochaeta
Oligochaeta (Yunani, oligos = sedikit, chaetae = rambut kaku) merupakan Annelida yang memiliki sedikit seta (rambut). Sebagian besar Oligochaeta hidup di air tawar, namun ada pula yang hidup di air laut, air payau, dan darat (tanah yang lembap).
Oligocheae dibedakan menjadi dua macam, yaitu mikrodrile dan megadrile. Mikrodrile merupakan spesies yang hdiup di air, berukuran 1- 30 mm, berdinding tubuh tipis, dan agak transparan. Megadrile merupakan spesies yang hidup di darat, berdinding tubuh tebal, pada umumnya memiliki panjang tubuh 5 - 30 cm dan ada yang mencapai 3 m. Jumlah ruas pada tubuhnya bervariasi sekitar 115 - 200 buah, bahkan ada yang mencapai 500 ruas. Pada setiap ruas terdapat empat rumpun seta dengan jumlah seta pada setiap rumpun 1 - 25 buah.
Oligochaeta memiliki jaringan klorogonen di sekeliling usus dan pembuluh dorsal, yaitu lapisan sel berwarna kuning yang berfungsi sebagai hati atau berperan dalam proses deaminasi protein, pembentukan amonia, dan sistesis urea. Pada umumnya Oligochaeta tidak memiliki bintik mata, kecuali yang hidup di air. Di seluruh permukaan tubuh Oligochaeta , kecuali bagian ventral, terdapat sel indra sebagi fotoreseptor. Oligochaeta menunjukkan gerak mendekati cahaya lemah dan menjauhi cahaya kuat.
Semua oligochaeta bersifat hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Oligochaeta memiliki klitelum , yaituruas-ruas reproduktif yang berdinding tebal. Pada klitelum terdapat banyak sel kelenjar yang menghasilkan lendir untuk perkawinan , juga bahan untuk membuat dinding kokon dan albium untuk melekatkan telur dalam kokon.
Perkawinan terjadi antara dua individu dengan saling bertukar sperma. Beberapa hari setelah perkawinan, klitelum menghasilkan lendir yang menyelubungi ruas-ruas anterior dan dinding kokon. Telur dikeluarkan dari gonopori betina ke dinding kokon. Dinding kokon yang mengandung telur kemudian meluncur ke muara spermateka untuk mendapatkan sperma hasil pertukaran sebelumnya. Pembuahan terjadi di dalam lapisan albumin dinding kokon. Dinding kokon terus meluncur ke anterior dan lepas dari kepala cacing. Di dalam kokon, embrio cacing terus berkembang hingga menetas dan keluarlah anak cacing dari kokon.
Terdapat sekitar 3.500 spesies Oligochaeta yang teridentifikasi, antara lain cacing tanah (Lumbricus terrestris) Tubifex (cacing yang hidup di perairan tergenang dan tercemar, sering digunakan sebagi pakan ikan), dan cacing raksasa Australia (Megascolides australis).
c. Hirudinea
Hirudenia biasa disebut lintah. Tubuh lintah tidak memiliki parapodia maupun seta. Lintah memiliki dua buah alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan posterior untuk menempel pada inangnya. Lintah hidup secara ektoparasit sementara pada tubuh inang, misalnya sapi, kerbau, dan manusia. Lintah sering ditemukan di perairan tawar yang tenang, dangkal, dan banyak ditumbuhi tumbuhan air. Lintah termasuk hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Pada siang hari, linah bersembunyi di bawah batu, sampah atau tumbuhan air, sedangkan pada waktu malam hari, lintah berkeliaran mencari makan.
Panjang tubuh lintah antara 1 - 5 cm, namun ada pula yang mencapai 20 -30 cm. Bentuk tubuh pipih dorsovental dengan ujung anterior meruncing dan alat pengisap anterior mengelilingi mulut. Jumlah ruas tubuh sejati sebenarnya tetap 34 buah, tetapi lintah memiliki ruas-ruas semu eksternal (annuli). Darah lintah memiliki pigmen hemoglobin, namun ada pula yang tidak.
Sebagian besar lintah pengisap darah memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan entikoagulan hirudin yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah mangsa, sehingga lintah dapat megnisap darah sebanyak mungkin. Pada waktu mengisap darah, lintah menempelkan alat penghisap anteriornya dan menyayat kulit mangsa dengan tepi rahangnya serta mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit) sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Di belakang rahang terdapat faring berotot sebagai pompa.
Lintah tahan puasa, bahkan ada yang bertahan hidup hingga 1,5 tahun tanpa makan. Untuk menghindari gigitan lintah, dapat dengan mengoleskan balsam, minyak kayu putih atau sejenisnya pada kulit.
Semua lintah bersifat hermafrodit dan melakukan perkawinan silang untuk saling bertukar sperma. Kokon diletakkan pada substrat dan sedikit dibenamkan dalam lumpur. Ada pula lintah yang mengerami telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tetap menempel pada induknya hingga beberapa hari. Lintah dewasa setelah berumur 3 - 5 tahun. Umur lintah dapat mencapai 10 - 15 tahun.
Terdapat sekitar 500 spesies Hirudinea yang terindetifikasi, antara lain lintah air (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa)
Peranan Annelida dalam Kehidupan Manusia
Annelida yang merugikan sebagai ektoparasit, antara lain sebagai berikut.
- Pacet (Haemadipsa) dan lintah air (Hirudo medicinalis) mengisap darah hewan (misalnya kerbau, sapi, kuda) dan manusia.
- Polydora bisa mengebor cangkang tiram untuk membuat liang, sehingga menurunkan harga jual tiram.
Annelida ang bermanfaat dalam hidupan manusia, antara lain sebagai berikut.
- Cacing wawo (Lycidice sp.) dan cacing palolo (Eunice viridis) dapat dimakan dan mengandung protein dengan kadar yang cukup tinggi.
- Tubifex untuk makanan ikan dan burung.
- Cacing tanah Pheretima sp. dan Lumbricus sp. memakan detritus bahan organik, menggemburkan tanah, membentuk casting (kascing, gundukan feses cacing yang bercampur tanah) sehingga menambah kesuburan tanah.
- Lintah (Hirudo medicinalis) telah lama digunakan dalam pengobatan secara tradisional, misalnya untuk menghilangkan racun dalam darah akibat gigitan atau sengatan hewan berbisa.
Dalam pengobatan modern, lintah dimanfaatkan untuk mengobati migrain, serta membuang kelebihan cairan atau darah dalam jaringan tubuh akibat luka, penyakit, atau operasi. Pada saat mengisap darah, lintah akan mengeluarkan hirudin yag mencegah darah menggumpal serta mengencerkan darah yang telah menggumpal.
Baca juga : Pengertian Platyhelminthes, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Habitat, dan Peranan
1 komentar:
komentar[…] Pengertian Annelida, Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Habitat, dan Peranan […]
Reply